Kasus gizi buruk di pelosok Papua memang terbilang tinggi, termasuk di Boven Digoel. Korindo Group turut mengatasi gizi buruk melalui Klinik Mobile ke pelosok desa. Warga pun sangat terbantu.
Kasus gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, mengejutkan banyak pihak. Di daerah lain, termasuk Kabupaten Boven Digoel juga nyaris sama. Namun karena adanya peran aktif swasta di sana yang senantiasa memberikan bantuan dan penyuluhan secara intensif, kasus gizi buruk cepat ditangani.
Seperti yang dilakukan Korindo Group melalui Klinik Asiki. Para dokter dan tenaga medis melakukan berbagai penyuluhan dan memberikan berbagai bantuan kepada warga pelosok. Bahkan melalui program klinik mobile, para tenaga medis dari perusahaan kelapa sawit asal Korea Selatan ini langsung menuju ke pelosok-pelosok desa.
Kepala Klinik Asiki Dr Firman Jayawijaya mengatakan, menekan angka kematian ibu melahirkan menjadi tujuan berdirinya Klinik Asiki. Bahkan klinik yang berada di Desa Asiki, Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Papua, ini beroperasi 24 jam. Tak hanya melayani setiap pasien yang berkunjung, para dokter pun kerap mengadakan penyuluhan kesehatan malalui sekolah, radio, hingga pelosok desa.
Bahkan tak jarang, setiap minggu dokter beserta tenaga medis dari Klinik Asiki turun langsung ke pelosok desa menyusuri sungai dan anak sungai Digoel. Seperti yang dilakukan Dokter Firda ketika bertugas ke Desa Ujungkia. Selama tiga jam tim tenaga kesehatan menyusuri sungai Digoel beberapa waktu lalu menggunakan perahu motor.
Sekitar pukul 10.30 WIT, Media Perkebunan yang turut serta tiba di Desa Ujungkia, Distrik Jair. Saat itu sekitar 50 lebih warga antusias antri mendaftar guna memeriksa berbagai penyakit yang dideritanya. Daerah yang berada di tepi sungai itu memang jauh dari fasilitas kesehatan. Hanya perahu yang bisa digunakan untuk berobat ke Puskesmas atau pun klinik.
Yosinta (20), salah satu warga desa, mengaku sangat terbantu adanya klinik mobile yang mengunjungi desanya. “Karena di sini jauh dari klinik atau dokter. Makanya kami sangat terbantu adanya dokter yang berkunjung ke sini,” ujarnya kepada Media Perkebunan.
Tak hanya memberi berbagai pengobatan secara cuma- cuma itu. Melalui Klinik Mobile Korindo Group, para tenaga medis juga memberi penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan. Berbagai kebutuhan kesehatan, seperti obat- obat, susu, dan lainnya juga diberikan secara cuma- cuma.
Klinik Asiki diresmikan pada 2 September 2017 lalu ini tampaknya menjadi andalan utama bagi masyarakat. Klinik yang memiliki berbagai fasilitas modern ini tak hanya melayani warga dari tiga distrik di Boven Digoel. Malahan warga dari Papua New Guinea pun kerap berobat ke Klinik Asiki.
Klinik Asiki, sebelumnya berada di dalam wilayah perusahaan. Namun karena warga sekitar susah mengakses secara langsung, maka didirikanlah Klinik Asiki di luar area perusahaan. “Salah satu alasan klinik dibangun di luar perusahaan karena untuk memudahkan akses bagi masyarakat sekitar,” ujar Dokter Firman yang sudah bergabung sejak 2005 itu.
Firman menuturkan, tidak sedikit masyarakat mengeluh jika ingin berobat ke klinik harus masuk wilayah perusahaan dan melawati pos penjagaan. Akhirnya manajemen Korindo memutuskan untuk membangun klinik di luar wilayah perusahaan. Klinik Asiki merupakan klinik utama yang dibangun Korindo Group. Sedangkan tujuan klinik lainnya berada di wilayah perusahaan.
Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar menjadi salah satu tujuan didirikannya Klinik Asiki. Tidak sekedar itu, Perusahaan juga melengkapi klinik dengan berbagai peralatan modern layaknya rumah sakit di Kabupaten atau di kota besar dan didukung juga SDM yang lebih profesional.
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan dan bayi juga menjadi tujuan hadirnya Klinik Asiki. Maklum di Boven Digoel, angka kematian ibu dan balita masih cukup tinggi. Demikian juga dengan penyakit infeksi tropis yang ada di Papua, seperti malaria, HIV/AIDS, danTBC.
“Karena kondisi itulah akhirnya Korindo yang begitu peduli dengan kesehatan ingin membangun klinik yang representatif. Sehingga masyarakat tidak perlu jauh-jauh berobat,” kata Firman lagi.
Klinik Asiki sendiri mementingkan pencegahan preventif. Karena itu para dokter turun ke kampung- kampung dua kali dalam satu bulan. Dengan program mobile service yang dilakukan 4-5 kali dalam satu bulan, petugas kesehatan juga ke daerah terpencil, terluar dan perbatasan.
Hal yang lebih penting lainnya, Klinik Asiki juga melakukan pencegahan agar masyarakat jangan sampai sakit. “Kami juga mendekatkan pelayanan. Akses mereka datang ke kota atau ke Puskesmas cukup jauh. Jadi kami yang mendatangi mereka. Jadi itulah tujuan perusahaan yang sangat peduli dengan kesehatan,”tutur Firman lagi.
Klinik Asiki diperkuat dengan lima dokter, 12 perawat, dua perawat gigi, dua bidan, seorang analis, seorang apoteker dan beberapa staf administrasi. Dalam waktu dekat klinik seluas 1.720 meter persegi itu juga akan dilengkapi dengan dokter spesialis, yakni gigi, penyakit dalam, dan anak.
Mengubah pola pikir masyarakat adat Papua yang lebih cenderung mengobati penyakit secara tradisional menjadi tantangan bagi para dokter Klinik Asiki. Tak heran jika pencegahan penyakit kerap terlambat ditangani. “Proses melahirkan juga masih dengan tradisonal dan tidak mau ke petugas kesehatan. Jadi pertolongan pertama agak terlambat,” ujar Firman.
Untuk merangsang masyarakat peduli kesehatan, terutama bayi, klinik pun membuat program berupa pemberian bingkisan berupa perlengkapan persalinan berisi baju bayi, makanan tambahan, popok, dan vitamin. Karena itulah para tenaga medis selalu memberikan edukasi dan penyuluhan agar mencegah mereka tidak datang ke klinik.
“Kami tidak bangga kalau pasien yang datang ke klinik mencapai hingga 14 ribu dalam setahun ini. Kami mencoba mengurangi kunjungan pasien. Karena ketika mereka sakit butuh banyak biaya, dan waktu,”ungkap Firman. Firman mengakui, tingkat kematian ibu dan bayi tertinggi di Papua. Kekurangan gizi juga banyak ditemui di sini. Karena itulah menurunkan angkat kematian dan gizi buruk menjadi tujuan besar perusahaan.
Anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Ketut Arimbawa yang saat itu melakukan peninjauan mengapresiasi pelayanan kesehatan yang diberikan Korindo Group. Karena itulah pihaknya mengecam beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang kerap melakukan kampanye negatif dengan berbagai tuduhan kepada perusahaan sawit di Papua.
Hal serupa juga ditegaskan anggota DPD asal Papua Pdt. Charles Simaremare.”Tidak benar ada deforestasi atau pun pelanggaran HAM di sini. Untuk itu hentikan kampanye hitam agar masyarakat Papua bisa terus meningkatkan kesejahteraannya. Justru kita berterima kasih kepada perusahaan yang telah berinvestasi di tanah Papua,” pungkasnya. ■ YR
Cliping